Clipart

..................................................................................................TO INVIDA..........................................................................................

Selasa, 20 Juli 2010

Anas & Runtuhnya Borjuasi Politik

kawiyan
[inilah.com]

INILAH.COM, Padalarang- Sulit untuk tidak menyebut bahwa Kongres II Partai Demokrat adalah pesta kejayaan dan parade kesuksesan. Perhelatan mahal, mobil-mobil mewah, fasilitas lebih dari berkecukupan.

Yang paling mencolok sejak hari pertama Kongres, Jumat (21/5) adalah suasana kontestasi para kandidat. Ribuan spanduk, poster, baliho, billboard menyebar.

Bukan saja di sepanjang jalan menuju Kota Baru Parahiyangan, Padalarang, tempat kongres digelar. Tapi juga hampir di semua tempat strategis. Hebatnya lagi, cuma satu kandidat yang menguasai medan promosi itu, yaitu: AM.

Entahlah, berapa dana yang digelontorkan oleh Tim Sukses AM untuk memenuhi ruang-ruang publik itu dengan beragam disain media luar-ruang itu. Yang jelas, kota Bandung dan Padalarang menjadi menyesakkan mata!

Rupanya, ini juga terjadi pada penampilan para pendukung masing-masing calon Ketua Umum. Yang paling sepi adalah Marzuki Alie. Meski pada akhirnya dia mendapat suara besar, tapi Posko yang didirikan Marzuki Alie, nyaris tak ada yang menempati. Bisa jadi, ini karena Marzuki belakangan melakukan deklarasi.

Yang paling "Wah" siapa lagi kalau bukan pendukung AM. Puluhan mobil mewah, lalu-lalang dengan stiker besar bergambar wajah Andi Mallarangeng. Tak ketinggalan, sebuah mobil Lexus mewah dengan plat nomor B 1 FOX, terparkir gagah di luar arena kongres.

Dalam setiap kesempatan muncul di arena kongres, Andi Mallarangeng terlihat gagah. Sederet pengawal dengan seragam army-look, berjajar melakukan pengamanan.

Ditambah lagi, Posko Andi yang dinamakan Kampoeng AM, selalu tampil meriah dan mewah. Sederet gadis-gadis cantik siap melayani pengunjung untuk mendapatkan akses informasi dan makanan gratis.

Nah, kontradiktif justru terjadi pada tim sukses Anas Urbaningrum. Spanduk atau baliho Anas, hanya terpasang satu-dua. Itupun tak jauh dari poskonya, yang disewa dari sebuah ruko, agak jauh dari lokasi kongres.

Posko Anas, terdiri dari dua lantai. Itupun harus berbagi dengan pemiliknya yang tetap ikut berjualan di lantai satu. Terpaksa, di sampingnya didirikan tenda.

Nah, bedanya, di tenda itulah beberapa kali tim Anas menggelar diskusi. Ada beberapa pengamat yang diundang. Dan, ini tentu saja menguntungkan buat para pencari berita. Sebab, paling tidak ada informasi dan pengamatan yang bisa dimuat.

Posko ini selalu penuh sesak. Tentu saja, ini karena faktor gerimis yang terus turun sejak kongres dibuka. Jadi, sekalian diskusi, sekalian berteduh.

Hasilnya: dari posko ini dan spanduk yang cuma beberapa biji, Anas Urbaningrum pun terpilih sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.

Anas, yang kemana-mana selalu berjalan sendirian, tanpa pengawalan, dengan hanya tas hitam dicangklong, ternyata menjadi pilihan kader Demokrat. Anas, yang mobilnya sederhana, paling mudah untuk disapa dan diajak berdiskusi. Terutama, saat di luar kongres.

Sepertinya, borjuasi politik yang menampilkan simbol kemewahan dan lambang kesuksesan, runtuh juga. Memilih, ternyata urusan hati. Bukan soal pencitraan![*]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar